KUPANG,LIPUTANNTT.com,Penjabat Gubernur NTT Ayodhia Kalake membuka secara resmi Musyawarah Wilayah II Persatuan Islam Provinsi NTT Tahun 2024 bertempat di Asrama Haji Kupang, pada Sabtu (27/7/2024). Turut hadir mendampingi Pj. Gubernur NTT pada kesempatan tersebut, Asisten Pemerintahan dan Kesra Provinsi NTT, Bernadetha Usboko.
Kegiatan Musyawarah Wilayah II Persatuan Islam Provinsi NTT Tahun 2024 yang mengusung tema “Konsolidasi dan Internalisasi Jam’iyah dalam menghadapi Da’wah Kontemporer” diawali dengan pembacaan Ayat suci Al-Quran yang dibawakan oleh Juara 1 Qori’ Tk. Kabupaten Kupang Tahun 2024, dan diikuti oleh 8 Pimpinan Daerah Persis se-NTT.
Dalam sambutannya, Pj. Gubernur NTT menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya Muswil II Persis dan Persistri di Kota Kupang, Kota Kasih dimana NTT merupakan miniatur Indonesia yang beraneka ragam penduduk dengan latar belakang agama, suku, budaya dan adat istiadat dan hidup berdampingan dengan damai. Ayodhia juga mengatakan bahwa NTT dikenal juga sebagai Nusa Terindah Toleransi dan New Tourism Territory.
“Pada kesempatan yang bermartabat ini atas nama Pemerintah Provinsi NTT menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya Muswil II Persis dan Persistri. Saya juga terus mengajak kita semua sebagai kader pembangunan bangsa untuk tetap kompak dan bersatu padu dengan menjunjung tinggi sikap sepenanggungan dalam kemajemukan serta selalu aktif dan terlibat dalam mendukung setiap program kerja dan kegiatan pemerintah dalam mewujudkan cita-cita kita bersama yaitu NTT Maju dan Sejahtera.” Kata Pj. Gubernur Ayodhia.
“Sebagai suatu organisasi umat muslim yang berupaya menegakan kembali ajaran Islam secara benar berdasarkan Al Quran dan Al Sunnah atau Hadit, Persis yang sudah berusia sekitar satu abad terus berkembang dan bertumbuh sesuai dengan perkembangan zaman. Para anggota Persis juga ibaratnya seperti pelangi yang membentang dari Sabang sampai Merauke, memiliki warna-warni bidang keahlian, profesi dan afiliasi politik serta organisasi dapat tetap tumbuh sebagai salah satu organisasi keagamaan Islam yang lebih modern dan mampu menyebarkan ajaran-ajaran Al Quran dan Hadits yang memiliki nilai-nilai universal.” Jelas Ayodhia.
“Pemerintah senantiasa mengedepankan kerja kolaboratif dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan termasuk umat beragama, para pemuka agama, organisasi kemasyarakatan, serta tokoh masyarakat, dalam memberikan kontribusi dan partisipasi aktif dan nyata, dalam mengatasi berbagai krisis dan tantangan yang kita hadapi, seperti penanganan stunting dan kemiskinan di Provinsi NTT. Kita dilahirkan, tumbuh dan hidup di tanah NTT, Nusa Terindah Toleransi, untuk itu mari kita terus menjaga ciri khas dan kekuatan besar yang kita miliki ini yakni semangat persaudaraan dan toleransi sehingga tidak dapat tergerus oleh provokasi yang mengancam persaudaraan serta kemajuan dan perkembangan zaman yang semakin kompleks.” Pungkas Ayodhia dalam kesempatan tersebut.
Sementara itu, Pimpinan MUI NTT yang di wakili oleh Ketua Bidang Hukum dan HAM H. Anwar Pua Geno, SH mengatakan bahwa untuk memperkuat Persatuan dan Kesatuan bangsa dengan latar belakang keragaman agama dan budaya yang ada di NTT perlu adanya toleransi antar sesama dengan saling menghormati satu sama lainnya untuk menangkal adanya terorisme dan radikalisme atas nama agama yang dapat merusak persaudaraan kita umat beragama, sehingga dapat mewujudkan NTT sebagai Nusa Terindah Toleransinya. Menurut Anwar, persatuan umat Islam bukan hanya untuk umat Islam saja, akan tetapi untuk semua kita dengan memberikan sumbangsih yang besar untuk kemajuan dan pembangunan NTT yang lebih baik.
“Menjaga persatuan tidaklah mudah, marilah kita bergotong royong untuk menghindari fitnah dan prasangka buruk dan juga hindari upaya-upaya memecah belah antar sesama, antara kita dengan pemerintah dan elemen masyarakat lainnya, serta selalu bertabayun (prasangka baik) sehingga kita dapat menjaga persatuan di bumi Flobamorata yang kita cintai ini.” Jelas Anwar Pua Geno.
Pimpinan Pusat (PP) Persis Prof Atip Latifulhayat, SH., LL.M., PhD yang juga hadir pada kesempatan tersebut mengungkapkan suatu kehormatan dan bangga dapat hadir di NTT untuk pertama kalinya dan menyampaikan selamat bermusyawarah Wilayah II bagi para peserta yang hadir. Ia mengharapkan hasil dan program kerja yang dicapai dalam musyawarah ini dapat memberikan sumbangsih terhadap pembangunan manusia dalam berbagai bidang untuk kesejahteraan daerah.
“Suatu kehormatan untuk kali pertama saya hadir di NTT, terlebih sahabat saya, Bapak Ayodhia Kalake juga bertugas sebagai Penjabat Gubernur NTT. Semoga hasil dari musyawarah wilayah Persis ini dapat membuahkan hasil yang baik bagi kehidupan, kesejahteraan dan pembangunan di daerah ini,” ungkap Prof. Atip.
“Persis adalah salah satu organisasi Islam tertua yang didirikan pada 12 September 1923 silam. Persis bisa dikatakan sebagai salah satu organisasi lokomotif pembaharuan Islam di Indonesia. Peran Persis sebagai pembaharu Islam bisa dilihat dari sudut pemikiran keagamaan. Di titik ini ditemukan arti penting Persis dalam perjalanan sejarah bangsa, khususnya umat Islam Indonesia. Narasi Persis juga adalah narasi intelektual dengan pengajaran yang rasional seperti ungkapan bahwa Islam itu agama yang fitrah.” Jelas Prof. Atip.
Lebih lanjut, Prof. Atip juga menjelaskan seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi khususnya mewabahnya media sosial dewasa ini, banyak umat Muslim yang sudah kurang tertarik dalam mengilhami nilai-nilai Islam.
“Dalam 100 tahun pertama Persis menjelaskan Islam dan pada agenda 100 tahun kedua Persis harus menjadi organisasi yang menghadirkan Islam yang senang dan memberi, memberikan sesuatu yang berkualitas dan berkolaborasi dengan berbagai pihak, sebagai bentuk miniatur keislaman. Ini tantangan kita, terlebih dunia dewasa ini sudah semakin dikuasai oleh media sosial, sehingga nilai-nilai ajaran Islam juga mulai tergerus, dan akhlak manusia juga mulai merosot. Oleh karena itu, kita tidak boleh kalah, kita harus selalu hadir melalui nilai-nilai keislaman yang benar dalam berbagai bidang dan memberikan sumbangsih positif bagi sesama kita, juga bagi pembangunan.” Jelas Prof. Atip.(*)