Kupang, LIPUTANNTT.com,Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) saat ini membutuhkan sosok pemimpin bersih yang berintegritas tinggi, memiliki kemampuan komunikasi politik yang baik, dan jejaring politik yang luas. Paket lengkap kemampuan tersebut dibutuhkan untuk memimpin NTT keluar dari tingkat kemiskinan ekstrem. Dan kualitas kepemimpinan itu ada dalam diri Calon Gubernur NTT Yohanis Fransiskus Lema atau yang akrab disapa Ansy Lema.
Ansy Lema merupakan sosok pemimpin dengan jahitan karir politik yang cukup panjang. Rekam jejak politik telah ia bangun sejak 25 tahun silam kala dirinya menjadi aktivis 98 yang memimpin perjuangan menumbangkan rezim orde baru.
Pasca reformasi, pria kelahiran Kota Kupang itu meniti karirnya sebagai seorang dosen di Universitas Nasional, Universitas Paramadina, dan Universitas Budi Luhur. Ia juga pernah menjadi seorang penulis dan penyiar berita di salah satu stasiun tv nasional, serta pernah menjadi Juru Bicara Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Dari parlemen jalanan, Ansy Lema naik status menjadi parlemen sungguhan. Dengan segudang kemampuan dan pengalamannya, Ansy Lema dicalonkan PDI Perjuangan untuk maju sebagai Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI dari Dapil NTT II untuk periode 2019-2024.
Pertama kali maju dalam kontestasi politik dan hasilnya rakyat pun menghendaki Ansy Lema menduduki satu dari tujuh kursi DPR RI Dapil NTT II. Atas kinerja baiknya, Politisi PDI Perjuangan itu kembali dicalonkan untuk periode 2024 - 2029 dan menang.
Putra berdarah Ende dan Belu ini kini mencalonkan diri sebagai Gubernur NTT berpasangan dengan Jane Natalia Suryanto, merelakan jabatan politiknya di Senayan, dan pulang ke NTT dengan satu tema “Beta Cinta NTT”.
“Kalau hari ini saya jadi DPR RI dua periode, dan sekarang jadi calon gubernur, itu bukan sebuah proses yang instan. Sudah 30 tahun saya membangun anak tangga ini,” ujar Ansy Lema.
Saat duduk di kursi DPR RI, Ansy Lema membuktikan bahwa dirinya telah dirajut menjadi sosok pemimpin bersih yang berintegritas tinggi, memiliki komunikasi politik yang baik, dan jaringan politik yang luas.
Selama berada di Komisi IV DPR RI, Alumni Pascasarjana Universitas Indonesia (UI) itu, terbukti telah memperjuangkan sejumlah bantuan bagi masyarakat NTT. Atas perjuangannya NTT telah menerima bantuan yang nilainya tak kurang dari empat ratus milyar rupiah.
Ratusan alat mesin pertanian mulai dari excavator, traktor roda empat hingga pompa air berhasil diberikan kepada kelompok-kelompok tani. Ada juga bantuan bibit dan pembuatan pupuk organik, serta ratusan hewan ternak yang diberikan Ansy Lema bagi masyarakat NTT.
Bantuan-bantuan perikanan mulai dari kapal, mesin kapal, dan alat tangkap ikan serta budidaya ikan air tawar sistem bioflok ia datangkan untuk para nelayan dan pembudidaya di NTT.
Bahkan, Ansy Lema adalah satu-satunya orang di Senayan yang berjuang untuk berbagai permasalahan krusial di NTT, seperti isu African Swine Fever (ASF) atau virus flu babi afrika hingga rencana penurunan status Cagar Alam (CA) Mutis.
“Bapa mama tahu mengapa kementerian itu setiap kali saya berbicara, mereka selalu mendengar dan melaksanakan apa yang menjadi permintaan saya? Jawabannya sederhana. Itu karena saya bersih. Ansy Lema tidak main proyek. Mereka tahu bahwa Ansy Lema kencang bersuara di Senayan, bahkan kalau perlu sampai pukul meja, itu semuanya untuk masyarakat NTT. Bukan untuk kantong pribadi Ansy Lema,” terang pria kelahiran 1976 tersebut.
Semua pencapaian kinerja tersebut, mempertegas bahwa sosok calon gubernur dengan nomor urut satu tersebut adalah sosok komunikator politik yang hebat dan seorang politisi dengan jejaring politik yang luas. Jahitan panjang karir politiknya membuat Ansy Lema tumbuh menjadi sosok politisi yang diperhitungkan di kancah nasional.
Selama menjadi bagian dari pilar demokrasi, Ansy Lema juga tidak pernah sekalipun terlibat dalam persoalan yang merugikan rakyat ataupun perbuatan melanggar hukum.
Selain jejaring politiknya di kementerian-kementerian negara, Ansy Lema juga memiliki hubungan pertemanan lintas partai politik, yang merupakan tokoh-tokoh kunci partai. Salah satunya adalah Ketua Fraksi Partai Gerindra DPR RI Budisatrio Djiwandono.
Budi merupakan keponakan kandung Presiden RI terpilih Prabowo Subianto. Ketika Ansy Lema diterpa isu bahwa dirinya tak akan dibantu Prabowo ketika terpilih menjadi Gubernur NTT nanti, Budi berjanji akan mempertemukan Ansy Lema dengan Prabowo Subianto jika ia terpilih menjadi Gubernur NTT.
Di samping itu, pertemanannya bersama Ahok telah menjadikan pria dengan tagline “Manyala Kaka” ini tumbuh sebagai sosok pemimpin yang berintegritas. Dalam berbagai kesempatan, Ansy Lema kerap mengungkapkan bahwa dirinya tak pernah sekalipun menerima uang yang tidak ada potongan pajaknya, baik itu sogokan, gratifikasi, suap, dan sebagainya.
“Saya, Ansy Lema ini, selama menjabat sebagai DPR RI, saya hanya mau menerima uang yang ada potongan pajaknya, uang yang tidak ada pajaknya tidak pernah saya terima,” tegasnya.
Keputusan Ansy untuk maju menuju NTT satu juga mendapat dukungan dan restu dari Ahok. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu percaya bahwa Ansy Lema adalah seorang politisi bersih yang memiliki jiwa dan hati untuk melayani. Karena itu, Ahok sempat mendatangi NTT untuk bertemu dan merestui Ansy Lema untuk maju dalam pilkada 2024 beberapa waktu lalu.
“Saya mengenal Ansy sudah lama. Ia adalah anak didik saya. Ansy adalah sosok yang bersih dan berintegritas, serta mampu memimpin NTT. NTT harus dipimpin oleh orang seperti Ansy,” pungkas Ahok(*)