KUPANG,LIPUTANNTT.com,Debat kedua Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Provinsi NTT akan berlangsung Rabu besok (06/11/24). Pasangan nomor urut satu Yohanis Fransiskus Lema dan Jane Natalia Suryanto (Ansy-Jane) akan memfokuskan diri pada kesejahteraan masyarakat nelayan, petani, dan peternak.
“Kita memiliki konsep membangun NTT dari desa dan pulau-pulau kecil. Desa menjadi sumber kemiskinan NTT yang harus mengalami kemajuan dan kesejahteraan. Desa adalah tempat penghidupan para petani, peternak, dan nelayan,” ucap Ansy Lema di Kupang, Senin (04/11/24).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), distribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) NTT tahun 2023, ekonomi terbesar NTT ditopang oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dengan persentase 28,10%. Artinya, perekonomian provinsi dengan jumlah penduduk 5,6 juta jiwa ini ditopang oleh para petani, peternak, dan nelayan.
Sayangnya, mayoritas kelompok nelayan petani peternak adalah kelompok miskin. Mereka menjadi sumber ekonomi NTT, namun mengalami kemiskinan ekstrem.
“Karena itu, kalau mau menyejahterakan masyarakat, maka berdayakan tiga sektor primer ini. Hadirkan program konkrit untuk masyarakat membangun desa. Mereka harus berdaya dan sejahtera,” terang Mantan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI ini.
Untuk bisa meraih kesejahteraan, dirinya menjelaskan, pemimpin harus memiliki terobosan inovasi dan kreasi. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) NTT terbatas sehingga tidak memiliki keleluasaan fiskal.
Melihat pada postur APBD NTT 2024, pendapatan daerah tercatat sebesar Rp 5,164 triliun. Dari nominal tersebut, sebanyak Rp 1,773 triliun berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), sebesar Rp 3,388 triliun dari Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat (PTPP), dan sebesar Rp 2,55 miliar berasal dari pendapatan hibah.
PTPP ini yang digunakan untuk membayar kebutuhan gaji pegawai dan sejumlah program infrastruktur yang masuk dalam Dana Alokasi Khusus (DAK). Artinya, 67% APBD NTT berasal dari pusat, sementara kemampuan mandiri NTT melalui PAD hanya sekitar 33%. Padahal, untuk mengeluarkan NTT dari tingkat kemiskinan ekstrem, provinsi kepulauan ini membutuhkan dana yang besar untuk bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
“Kondisi ini belum ditambah dengan beban cicilan utang pemerintahan sebelummya yang harus dibayar hingga tahun 2029. Karena itu, kita harus mencari sumber pembiayaan alternatif untuk bisa memberikan kesejahteraan bagi masyarakat,” jelas Politisi PDI Perjuangan ini.
Satu-satunya Calon Gubernur NTT yang berpasangan dengan perempuan ini mengaku, dirinya akan mencari sumber-sumber pembiayaan dari pihak ketiga melalui kerja sama dengan Civil Society Organization (CSO) atau Non Governmental Organization (NGO). Juga melalu kerja sama pihak ketiga dengan skema Kerja Sama Daerah dengan Pihak Ketiga (KSDPK) dan Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha Swasta (KPBU).
“Di sisi lain saya akan berupaya untuk tingkatkan PAD. Realisasi PAD NTT sejak lima tahun terakhir berkisar antara Rp 1,1 triliun - Rp 1,4 triliun. Ini harus kita genjot. Optimalkan potensi yang ada agar PAD kita meningkat,” pungkas pria dengan tagline “Manyala Kaka” itu.(*)